Senin, 01 Agustus 2011

Kiat Tunanetra Menggarap Skripsi

mengerjakan karya ilmiyah seperti skripsi, disertasi, atau resume bukanlah hal yang mudah bagi penyandang tunanetra. Selain minimnya bahan bacaan Braille serta sarana dan prasarana pendukung di Indonesia, pengerjaan karya ilmiyah sendiri menuntut ketekunan, konsentrasi, waktu, serta biaya yang tidak sedikit.

Nah, dalam artikel ini penulis ingin berbagi tips menggarap karya ilmiyah untuk rekan-rekan tunanetra dengan memanfaatkan keberadaan teknologi. Tips ini dibuat berdasar pada pengalaman pribadi penulis yang baru saja menyelesaikan skripsi dan meraih gelar sarjana.

Dengan tidak berfungsinya indera penglihatan pada penyandang tunanetra, maka proses membaca dan menulis -- yang merupakan inti utama pengerjaan karya ilmiyah -- akan sangat terhambat. Oleh karenanya, dibutuhkan sedikit siasat untuk meminimalisir hambatan tersebut.

Oleh karenanya, perlu bagi tunanetra untuk menyiapkan bahan-bahan yang diperlukan. Namun sebelumnya, perlu diperhatikan bahwa tunanetra yang bersangkutan hendaknya sudah memahami materi yang hendak disajikan dalam karya ilmiyahnya, dan setidaknya sudah menguasai komputer, minimal mengetik 10 jari. Hal ini akan sangat membantu dalam memanfaatkan bahan-bahan yang penulis sajikan.

Selain itu, tips yang penulis berikan hanyalah garis besarnya saja, berdasar pada pengalaman pribadi yang penulis alami dalam pengerjaan skripsi.

Nah, inilah bahan-bahan yang dibutuhkan dalam pengerjaan karya ilmiyah yang telah penulis kelompokkan menjadi dua, yaitu perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software). Untuk perangkat pemakai alias brainware mohon menyiapkan diri sendiri. :)


Perangkat Keras

1. Komputer

Ini adalah perangkat utama yang wajib dimiliki tunanetra, karena segala aktivitas yang berkenaan dengan pengerjaan karya ilmiyah sangat tergantung pada keberadaan komputer. Perangkat ini juga yang akan menjalankan perangkat keras dan perangkat lunak yang akan penulis sebutkan.

Apa pun bentuknya, PC atau laptop, setidaknya komputer tersebut cukup stabil untuk dipakai mengoperasikan aplikasi Office dan pembaca layar. Dengan prosesor berkecepatan di atas 2GHz dan RAM di atas 2GB, komputer sudah cukup mampu memenuhi kebutuhan di atas.

2. Flash Disk

Perangkat ini digunakan sebagai media penyimpanan sekaligus distribusi materi. Dengan adanya flash disk, tunanetra dapat lebih leluasa membawa data-data yang diperlukan, lalu mendistribusikannya pada dosen pembimbing atau pihak-pihak yang membantu dalam penggarapan karya ilmiyah.

Usahakan untuk memilih flash disk dengan kualitas yang baik, karena bila terjadi kerusakan data yang diakibatkan media penyimpanan yang kurang baik, maka tunanetra akan mengalami kerugian tenaga dan waktu.

Flash disk yang cukup besar juga dapat dipakai untuk menyimpan pembaca layar portabel seperti NVDA, atau browser portabel seperti Mozilla Firefox. Ini untuk mengantisipasi hal-hal yang tak diinginkan, sehingga tunanetra tetap dapat melakukan pekerjaannya di komputer lain.

3. Modem 3G

Bila hendak browsing guna mengurusi data-data karya ilmiah, tentu akan sedikit merepotkan bila tunanetra harus pergi ke warung internet atau mengandalkan koneksi hotspot via wi-fi yang tak selalu tersedia. Oleh karenanya, dibutuhkan sebuah modem 3G yang dapat membantu tunanetra online kapan pun dan di mana pun.

Usahakan memakai modem 3G untuk menjamin kecepatan koneksi, dan memakai provider yang menyediakan jasa internet unlimited agar koneksi ke internet tidak terputus karena kehabisan jatah bandwidth.

4. Scanner

Scanner berguna untuk memindai bahan materi berbentuk cetak ke format teks yang selanjutnya dapat diakses tunanetra melalui komputer. Ada pun proses pemindaian tersebut memanfaatkan fasilitas OCR (Optical Character Recognition) yang sudah umum tersedia pada scanner.

Untuk menghemat biaya, pilihlah scanner yang paling ekonomis, namun mampu melakukan proses OCR dengan baik. Jika punya uang berlebih, silahkan membeli portable scanner yang mudah dibawa ke mana-mana, atau membeli scanner khusus untuk tunanetra, salah satunya adalah PEARL yang dapat diperoleh di www.freedomscientific.com.

5. Voice Recorder

Di era 90-an, salah satu perangkat yang cukup membantu tunanetra dalam proses belajar mengajar adalah tape recorder. Perangkat analog tersebut dapat dipakai merekam materi, baik yang disajikan di kelas atau yang dibacakan teman sang tunanetra.

Kini, alat perekam suara sudah tersedia dalam bentuk digital, sehingga hasil rekaman dapat disimpan dalam komputer, dan formatnya pun cukup beraneka ragam (WAV, MP3, atau WMA).

Dengan voice recorder, tunanetra dapat merekam penjelasan yang disampaikan dosen pembimbing, atau materi yang dibacakan oleh teman-temannya. Selanjutnya, hasil rekaman dapat didengarkan kembali dalam proses pengerjaan karya ilmiyah.


Perangkat Lunak

1. Pembaca layar

Pembaca layar (screen reader) berfungsi mengubah teks yang muncul di layar monitor menjadi suara, sehingga tunanetra dapat mengakses dokumen Office, browsing internet, dan presentasi hasil karya ilmiyahnya.

Umumnya, tunanetra Indonesia menggunakan pembaca layar JAWS for Windows dari www.freedomscientific.com. Namun, bila harganya dirasa terlalu mahal, bisa juga memanfaatkan pembaca layar gratisan seperti NVDA (Non Visual Desktop Access) yang dapat diunduh di www.nvda-project.org.

2. Aplikasi kerja

Pada komputer pengguna tunanetra, usahakan untuk memasang aplikasi kerja yang nantinya dapat digunakan dalam proses pengerjaan karya ilmiyah.

Beberapa aplikasi yang wajib ada adalah Microsoft Office (untuk mengolah data dan melakukan presentasi), dan Adobe Reader (untuk membaca jurnal atau mengakses hasil scan).

Oh ya, berdasar pengalaman penulis, hindari memakai MS-Office 2007, karena file berekstensi *.docx dan semacamnya agak sulit didistribusikan dan diolah di komputer lain yang tidak memiliki MS-Office 2007. Sebaiknya gunakan saja MS-Office 2003 yang sudah dilengkapi file converter (mampu mengenali ekstensi *.***x), atau MS-Office 2010.

Kalau ada, manfaatkan juga jasa Notepad untuk menyimpan bahan-bahan atau catatan-catatan kecil, sehingga tidak mengganggu dokumen utama.

3. Program OCR

Aplikasi OCR digunakan untuk memindai materi yang tercetak pada kertas. Proses pemindaian ini memanfaatkan scanner sebagai perangkat kerasnya, di mana materi cetak diletakkan di atas scanner lalu proses scan diaktifkan dengan modus OCR. Nah, selanjutnya aplikasi OCR yang akan memproses pemindaian tersebut, dan hasilnya dapat disimpan dalam format TXT, DOC, atau PDF, yang selanjutnya dapat diakses di komputer menggunakan pembaca layar.

Sebenarnya hampir semua scanner sudah menyertakan software OCR pada CD instalasi. Salah satu software OCR yang paling umum dijumpai adalah OmniPage.

Sebuah aplikasi bernama OpenBook yang dirancang khusus untuk melakukan OCR bagi pengguna tunanetra juga dapat dibeli di www.freedomscientific.com. Bedanya dengan aplikasi yang lain, OpenBook dapat melakukan proses OCR dengan akurasi yang jauh lebih baik, sehingga meminimalisir kesalahan pada hasil scan.


Pengalaman Penulis

Berikut ini adalah pengalaman penulis saat mengerjakan skripsi. Dengan memanfaatkan perlengkapan di atas, penulis berhasil menyelesaikan skripsi dalam waktu dua bulan dan tebal skripsi mencapai 93 halaman. Pencapaian tersebut mengacu pada asumsi bahwa pengerjaan skripsi dilakukan dengan terus-menerus tanpa menyia-nyiakan waktu, tapi tetap dalam batas-batas kewajaran dan tidak memaksakan diri.

a. Mengolah data dari internet

Setelah berkonsultasi dengan dosen pembimbing dan mendapat persetujuan atas materi yang hendak penulis ambil, langkah pertama yang penulis lakukan adalah mendedikasikan satu hari penuh untuk mencari jurnal atau materi dari dunia maya.

Karena penulis mengambil judul "Pengaruh Motivasi Dan Pemanfaatan Teknologi Informasi Dalam Peningkatan Kualitas Hidup Penyandang Tunanetra," maka penulis coba mencari jurnal atau materi berdasar pada tiga variabel utama yang penulis ambil, dengan memakai kata kunci "motivasi," "teknologi informasi," dan "tunanetra."

Dalam tahap ini, penulis tidak mempedulikan isi jurnal atau materi yang penulis ambil. Penulis mengutamakan kuantitas dalam pengunduhan jurnal dan materi, dan baru mengolahnya di hari-hari berikutnya.

Selain mencari sumber-sumber lokal, penulis juga mencari sumber-sumber internasional. Mengingat penulis pernah berkuliah di jurusan Sastra Inggris maka penulis tak mengalami kesulitan berarti dalam mencarinya. Namun bagi rekan-rekan tunanetra yang kesulitan dalam mencari sumber-sumber berbahasa Inggris dapat memanfaatkan fitur "Google Terjemahan."

Dengan memanfaatkan "Google Terjemahan," rekan-rekan tunanetra akan sangat terbantu karena sumber-sumber internasional dapat diterjemahkan dengan akurasi yang cukup baik. Usahakan untuk menterjemahkan per kalimat, lalu membaca ulang hasil terjemahan tersebut (untuk landasan teori atau definisi biasanya dapat diterjemahkan dengan baik).

Pastikan aplikasi Adobe Reader telah terpasang, sebab kebanyakan sumber-sumber materi berformat PDF. Adobe Reader akan banyak digunakan untuk membaca bahan-bahan yang telah diunduh, dan mengkopi isi yang diperlukan.

b. Mengolah data dari media cetak

Bagi penulis, inilah tahap yang paling merepotkan dan paling makan banyak waktu. Boleh dibilang, ini adalah fase yang paling sulit saat penulis menggarap skripsi.

Untuk mendapatkan bahan-bahan dari media cetak, penulis datang ke beberapa perpustakaan. Di sini, mau tidak mau penulis perlu minta bantuan pendamping (kekasih penulis-red) untuk mencari buku-buku yang penulis butuhkan.

Masalah yang penulis hadapi adalah mendapatkan buku dan landasan teori yang tepat. Berhubung pendamping penulis tidak berkuliah di jurusan yang sama, maka penulis perlu menjelaskan terlebih dahulu bahan-bahan yang penulis cari, sehingga pendamping dapat mencarikan materi yang kira-kira mendekati apa yang penulis butuhkan.

Terkadang materi yang sudah berhasil didapatkan tidak dapat dipinjam atau dibawa pulang. Untuk menyiasati hal itu, penulis memanfaatkan flash disk yang telah penulis isi dengan pembaca layar portabel NVDA, sehingga penulis dapat mengakses data-data skripsi di komputer perpustakaan, dan melakukan scan dengan memanfaatkan scanner yang tersedia.

Setelah mendapatkan bahan yang penulis butuhkan, penulis lalu melakukan scan pada bahan media cetak tersebut. Biasanya penulis scan seluruh isi buku, karena tunanetra tak mungkin membolak-balik halaman buku dan langsung mengambil materi yang sesuai.

Dengan scanner sederhana yang penulis miliki, proses scan biasanya menghabiskan 4 sampai 6 halaman per satu menit. Sementara itu, waktu yang penulis butuhkan untuk membaca dan memilah-milah bahan hasil scan memakan waktu kira-kira satu setengah bulan.

c. Mengolah data audio

Tak semua bahan media cetak dapat di-scan, apalagi hasil fotokopi yang cetakannya tidak terlalu jelas. Untuk itu, penulis perlu meminta bantuan orang lain untuk membacakannya, lalu penulis merekamnya dengan voice recorder.

Penulis juga menggunakan voice recorder untuk merekam arahan dari dosen pembimbing berdasar pada kemajuan pengerjaan skripsi penulis, sehingga penulis dapat mengulang kembali arahan tersebut dengan cara mendengarkan hasil rekamannya di rumah.

d. Sortir data

Dalam mengolah data-data yang telah penulis ambil, penulis memanfaatkan jasa Notepad untuk menyimpan materi-materi yang telah penulis sortir. Penulis sengaja memisahkan dokumen bahan-bahan dan dokumen skripsi untuk memudahkan penulis mengorganisir pekerjaan penulis.

Ada tiga file Notepad yang penulis buat, masing-masing berisi landasan teori dan informasi sesuai variabelnya. Di sini variabel penulis adalah "motivasi," "teknologi informasi," dan "tunanetra," jadi penulis menamai masing-masing file Notepad dengan "v1-motivasi.txt," "v2-TI.txt," dan "v3-tunanetra.txt." Penamaan yang unik dan teratur dapat membantu penulis mencari file tersebut jika diperlukan.

Lho, kenapa tidak memakai MS-Word? Bukankah MS-Word menyediakan fitur untuk membuka beberapa file dalam satu jendela? Jawabnya, terkadang sumber-sumber yang dikopi dari PDF menyertakan gambar atau link. Tak jarang gambar atau link tersebut terbawa ke dalam dokumen dan MS-Word akan secara otomatis melakukan formatting dokumen. Hal ini dapat mengganggu kenyamanan dalam bekerja karena terkadang hal tersebut membuat kerja pembaca layar jadi lambat. Selain itu, kalau materi dikopi ke Notepad, maka elemen-elemen visual yang tidak diperlukan akan secara otomatis terbuang, sehingga hasil yang didapat hanya teks saja.

e. Presentasi

Setelah proses penyuntingan pada dokumen selesai dan skripsi siap tempur, tibalah saatnya penulis mempresentasikan skripsi tersebut di hadapan sidang. Untuk presentasi, penulis membuat pointers dengan menggunakan MS-PowerPoint, berisi poin-poin utama dalam skripsi penulis.

Untuk menjawab pertanyaan yang diajukan dosen penguji, penulis membuka dokumen MS-Word hasil skripsi berdampingan dengan pointers MS-PowerPoint, dan memanfaatkan fitur "Jump to page" untuk langsung berpindah ke halaman berisi jawaban yang penulis butuhkan.

Presentasi ini, secara tidak langsung, menjadi salah satu jawaban dari rumusan materi pada skripsi penulis. Dengan adanya motivasi dan pemanfaatan teknologi informasi, maka kualitas hidup penulis pun meningkat. Contoh sederhana adalah pengerjaan skripsi ini, yang mungkin membutuhkan waktu jauh lebih lama dan akurasi yang jauh di bawah rata-rata apabila tidak memanfaatkan variabel yang penulis sebutkan sebelumnya.

Sebagai hasilnya, penulis dapat meraih gelar sarjana, dan siap melanjutkan ke jenjang pendidikan S2 di kampus yang sama dan di tahun yang sama.



Penutup

Pada dasarnya artikel ini penulis susun sebagai motivator agar lebih banyak lagi tunanetra di Indonesia yang dapat merasakan manfaat teknologi informasi, khususnya di bidang pendidikan.

Penulis pun berharap artikel ini dapat menjadi pengetahuan yang berguna bagi masyarakat luas, khususnya guru, dosen, atau pengajar, sehingga dapat menemukan alternatif dalam mengakomodasi murid-muridnya yang tunanetra, atau membantu mereka (tunanetra-red) yang belum tersentuh oleh teknologi informasi.

Panduan ini juga dibuat dengan mempertimbangkan faktor biaya, di mana penulis berusaha memberikan alternatif penanganan skripsi dengan menekan biaya semurah mungkin, yang barangkali akan jauh lebih mahal bila memanfaatkan teknologi yang memang dibuat spesifik untuk membantu tunanetra dalam penggarapan skripsi, yang memang telah tersedia di luar negeri.

Sumber : http://www.detikinet.com/read/2011/08/01/172041/1694104/398/kiat-tunanetra-menggarap-skripsi

0 komentar :

Posting Komentar

share

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...